Total Tayangan Halaman

Sabtu, 04 April 2015

bantu matahari menari

Aku berjalan lunglai di koridor kampusku yang lengang. Pagi ini pasti teman-temanku juga sudah berada di tempat duduknya dengan tenang, atau mungkin masih ada yang menghabiskan waktu mereka dengan mengobrol, menghabiskan waktu menggu dosen untuk hadir. Sebut saja namaku Ani, seorang mahasiswa semester tengah, sedang menghabiskan waktu yang indah di kampusnya dengan bertumpuknya kegiatan dan tugas kuliah serta organisasi. Sebelum memasuki kelasku yang mulai terdengar grasak-grusuk temanku aku menarik nafas panjang, aku tidak pernah terlihat murung di hadapan mereka begitu juga sekarang. Aku harus selalu cerah ceria dan bahagia, agar hari mereka di sekitarku tetap bersinar, itulah yang selalu kukatakan pada diriku sendiri sebelum aku memasuki kelasku yang penuh dengan jenis manusia ini.
“selamat pagi, hari yang cerah untuk jiwa yang sepi.” Ungkapku pada mereka dengan ceria dan sedikit nada bercanda. Mereka menjawabku dengan senyuman, bahkan ada yang menatapku aneh, namun aku tetap tersenyum menghadapi reaksi mereka masing-masing, melanjutkan untuk duduk di sebelah teman-teman terbaikku. “kau kenapa? Terlihat murung?” tanyaku padanya yang hari itu terlihat lesu dan tidak bersemangat. “aku tidak apa-apa.” Jawabnya sedikit ketus, namun aku tetap tersenyum. Sabarlah Ani, moodnya sedang tidak baik dan kau tidak ingin memperburuknya, hal itu kuungkapkan pada diriku sendiri. Aku selalu belajar untuk bersabar, aku selalu ingin dan sedang berusaha menjadi matahari untuk orang-orang disekitarku, yang selalu memberi cahaya dan menjadi penerang hati mereka. Ya, bukanlah hal yang mudah. Aku selalu berusaha untuk menyampingkan perasaanku dan mengedepankan perasaan orang lain.
Setelah kuliah selesai, aku pulang ke rumahku langsung membaringkan tubuhku di tempat tidurku yang keras namun nyaman bagiku, yah, lumayanlah walaupun tidak sebagus orang lain. Aku memikirkan hari-hari dan masalah-masalahku. Aku pusing memikirkannya, masalahku ternyata sangat banyak, namun aku tetap memaksa diriku untuk tersenyum. Kabur sebentar dari masalahku aku membuka media sosialku, kulihat beberapa temanku tengah memasang status-status keluhan mereka. Untuk mencapai mimpiku menjadi seperti matahari aku menyemangati mereka, walaupun beberapa dari mereka membalasku ketus aku tetap membalas mereka dengan tersenyum dan menyemangati mereka. Hingga suatu hari aku berada dalam kesulitan. Sengaja aku terlihat murung di kampus namun tidak ada yang bertanya padaku. Aku memasang status di media sosialku tidak yang merespon, hingga akhirnya aku menangis. Bukan, aku bukan menyesal, aku hanya sedikit kesepian. Setelah kupikirkan lagi, matahari memang selalu sendiri. Dia tidak henti-hentinya bersinar demi bumi dan manusia, namun dia tetap sendiri. Dia selalu menyemangati hari, namun mereka hanya didiami. Dia membentuk pelangi, namun yang indah adalah pelangi bukan mentari. Yah, mungkin terkadang matahari ingin ditemani, mungkin terkadang matahari ingin mendengar  perkataan kau boleh menangis, kau boleh bersembunyi, kau boleh beristirahat, kau boleh lelah, namun itu adalah misteri, yang jelas matahari yang satu ini terkadang ingin mendengar hal itu, matahari yang satu ini ingin menangis, ingin lelah, dan ingin bilang kalau dia juga bisa terluka, kalau dia juga ingin mencoba menari. Maka kumohon bantulah matahari menari.

Mungkinkah benar terkadang yang memberi perhatian yang lebih berakhir dengan kesendirian??? Entahlah, yang jelas Bantu Matahari Menari.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar