Aku
berjalan lunglai di koridor kampusku yang lengang. Pagi ini pasti teman-temanku
juga sudah berada di tempat duduknya dengan tenang, atau mungkin masih ada yang
menghabiskan waktu mereka dengan mengobrol, menghabiskan waktu menggu dosen
untuk hadir. Sebut saja namaku Ani, seorang mahasiswa semester tengah, sedang
menghabiskan waktu yang indah di kampusnya dengan bertumpuknya kegiatan dan
tugas kuliah serta organisasi. Sebelum memasuki kelasku yang mulai terdengar
grasak-grusuk temanku aku menarik nafas panjang, aku tidak pernah terlihat
murung di hadapan mereka begitu juga sekarang. Aku harus selalu cerah ceria dan
bahagia, agar hari mereka di sekitarku tetap bersinar, itulah yang selalu
kukatakan pada diriku sendiri sebelum aku memasuki kelasku yang penuh dengan
jenis manusia ini.
“selamat
pagi, hari yang cerah untuk jiwa yang sepi.” Ungkapku pada mereka dengan ceria
dan sedikit nada bercanda. Mereka menjawabku dengan senyuman, bahkan ada yang
menatapku aneh, namun aku tetap tersenyum menghadapi reaksi mereka
masing-masing, melanjutkan untuk duduk di sebelah teman-teman terbaikku. “kau
kenapa? Terlihat murung?” tanyaku padanya yang hari itu terlihat lesu dan tidak
bersemangat. “aku tidak apa-apa.” Jawabnya sedikit ketus, namun aku tetap
tersenyum. Sabarlah Ani, moodnya sedang tidak baik dan kau tidak ingin
memperburuknya, hal itu kuungkapkan pada diriku sendiri. Aku selalu belajar
untuk bersabar, aku selalu ingin dan sedang berusaha menjadi matahari untuk
orang-orang disekitarku, yang selalu memberi cahaya dan menjadi penerang hati
mereka. Ya, bukanlah hal yang mudah. Aku selalu berusaha untuk menyampingkan
perasaanku dan mengedepankan perasaan orang lain.
Setelah
kuliah selesai, aku pulang ke rumahku langsung membaringkan tubuhku di tempat
tidurku yang keras namun nyaman bagiku, yah, lumayanlah walaupun tidak sebagus
orang lain. Aku memikirkan hari-hari dan masalah-masalahku. Aku pusing
memikirkannya, masalahku ternyata sangat banyak, namun aku tetap memaksa diriku
untuk tersenyum. Kabur sebentar dari masalahku aku membuka media sosialku,
kulihat beberapa temanku tengah memasang status-status keluhan mereka. Untuk mencapai
mimpiku menjadi seperti matahari aku menyemangati mereka, walaupun beberapa
dari mereka membalasku ketus aku tetap membalas mereka dengan tersenyum dan
menyemangati mereka. Hingga suatu hari aku berada dalam kesulitan. Sengaja aku
terlihat murung di kampus namun tidak ada yang bertanya padaku. Aku memasang
status di media sosialku tidak yang merespon, hingga akhirnya aku menangis. Bukan,
aku bukan menyesal, aku hanya sedikit kesepian. Setelah kupikirkan lagi,
matahari memang selalu sendiri. Dia tidak henti-hentinya bersinar demi bumi dan
manusia, namun dia tetap sendiri. Dia selalu menyemangati hari, namun mereka
hanya didiami. Dia membentuk pelangi, namun yang indah adalah pelangi bukan
mentari. Yah, mungkin terkadang matahari ingin ditemani, mungkin terkadang
matahari ingin mendengar perkataan kau
boleh menangis, kau boleh bersembunyi, kau boleh beristirahat, kau boleh lelah,
namun itu adalah misteri, yang jelas matahari yang satu ini terkadang ingin
mendengar hal itu, matahari yang satu ini ingin menangis, ingin lelah, dan
ingin bilang kalau dia juga bisa terluka, kalau dia juga ingin mencoba menari. Maka
kumohon bantulah matahari menari.
Mungkinkah
benar terkadang yang memberi perhatian yang lebih berakhir dengan
kesendirian??? Entahlah, yang jelas Bantu Matahari Menari.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar